Jumat, 14 Maret 2008

PERAN GANDA PEREMPUAN


Warisan sistem patriarki, telah menggariskan perempuan hidup dalam ruang-ruang domestik. Mengurus keluarga yaitu suami dan anak-anaknya. Melahirkan generasi, membesarkan, mencukupi kebutuhannya, mengatur keuangan dan melayani suaminya. Warisan ini kemudian digandeng oleh sistem neoliberalisme yang tonggak nyawanya sangat bergantung pada jalannya akumulasi modal. Kolaborasi keduanya berjalan sangat efektif dalam sebuah pabrik sosial. Ini menggugurkan analisa bahwa neoliberalisme hadir untuk menggantikan sistem feodalisme dimana patriarki adalah bagiannya. Karena kenyataannya kedua sistem ini bisa saling bergandengan tangan.

Dalam ruang domestik, perempuan menjadi pusat dari sebuah pabrik sosial. Kesemua pekerjaan yang dilakukan oleh kaum perempuan tersebut tidak diupah namun justru bertindak sebagai tenaga yang sangat berkontribusi bagi sistem kapital.

Dalam sebuah pabrik sosial, kelas pekerja bukan hanya mereka yang secara aktif bekerja atau berproduktivitas dalam level pabrik individual (perusahaan, birokrasi, institusi, dll. ) dan tidak pula mengaju pada diupah atau tidak diupahnya mereka. Namun sebaliknya mereka yang tidak bekerja atau mengganggur justru eksis pada level pabrik sosial. Karena bekerja maupun menggangur hampir seluruh aktivitas dalam sehari dihabiskan dalam rangka akumulasi modal. Para pekerja upahan menghabiskan jam-jam tersisanya ‘selepas kerja’ untuk menyegarkan diri mereka untuk kembali bekerja. Yakni dengan makan, tidur, minum, menonton film, screwing. Semuanya itu adalah aktifitas penting yang kita lakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk bekerja keesokan hari. Kesamaan fungsi ini mungkin lebih esensial bagi ‘pengangguran’ sehingga mereka tidak akan mengarahkan kekuatan yang mereka lakukan melawan modal.

Disinilah peran perempuan sebagai pekerja tak diupah dalam sebuah keluarga sebagai pusat pabrik sosial. Perempuan menanggung beban dengan menjamin suami mereka agar tetap berproduktivitas sebagai pekerja disamping pula membesarkan, melindungi dan mempersiapkan anak-anak mereka untuk kelak menjadi pekerja, yaitu dengan memasukkan mereka dalam institusi pendidikan (sekolah). Belum lagi beban mereka untuk mengatur keuangan keluarga agar tetap mendukung terpenuhinya kebutuhan hidup dan tidak terjadi inflasi. Aktivitas ini juga adalah bagian dari akumulasi modal (konsumsi, investasi, dll.)

Sejak berabad lamanya, kenyataannya telah muncul kesadaran akan posisi perempuan sebagai objek yang tertindas. Kesadaran ini telah melahirkan banyak tokoh-tokoh perempuan yang berjuang menyuarakan kebebasan atas perempuan. Ini beriringan pula dengan lahirnya gerakan-gerakan emansipasi sampai gerakan feminis sebagai sebuah gerakan perlawanan atas segala bentuk opresi terhadap perempuan. Beberapa gerakan feminis lahir dan terbagi berdasarkan konteks wilayah dan objek analisa yang menjadi sumber opresi baik secara sosial ataupun biologis. Lahirlah gerakan feminis liberal, feminis radikal, feminis sosialis, feminis eksistensialis, feminis posmodernis, ekofeminis dan lainnya.. Namun gerakan tersebut, tidak sepenuhnya memberikan kebebasan atau melepaskan perempuan dari segala bentuk jeratannya. Yang ada, perempuan bukannya terbebas namun hanya berpindah dari satu bentuk opresi ke opresi lainnya bahkan justru menambahnya dalam eksploitasi baru. Emansipasi dan gerakan feminis liberal, adalah awal dari gerakan perempuan dalam melawan sistem patriarki yang telah lama menindas kaum perempuan merupakan gerakan yang paling populis dan masih menjadi perjuangan hingga saat ini. Para emansipatoris ataupun feminis liberal memperjuangkan agar perempuan tidak hanya diberi ruang pada wilayah-wilayah domestik namun juga ruang-ruang sosial. Dan hasilnya adalah perempuan masa kini telah mendapatkannya dalam kursi-kursi politik, mendapat label dan identitas, serta menjalani berbagai bentuk profesi.

Sebuah ironi, perempuan mungkin telah merasa mendapatkankan haknya dalam peran-peran tersebut namun yang terjadi sesungguhnya perempuan justru menambah peran dan bebannya dalam sebuah pabrik sosial. Sebagai pekerja diupah dalam level pabrik individu (pekerja ataupun objek eksploitasi) dan sebagai pekerja tak diupah dalam pabrik sosial sebagai ibu rumah tangga. Dan semua aktivitas tersebut tidak lepas dari akumulasi modal.

Lalu apakah apakah yang harus dilakukan perempuan dalam melepaskan diri dalam beban gandanya dalam sebuah pabrik sosial? Haruskah ia meninggalkan perannya sebagai ibu? Ataukan haruskan ia menuntut upah atas kerjanya itu? ...

Ada sebuah jawaban panjang, dan ini tak akan pernah terjawab saat kita masih terjebak dan berputar dalam cara pandang dalam tatanan atau sistem seperti ini. Saatnya kita membayangkan sebuah tatanan baru yang mungkin tak pernah kita bayangkan sebelumnya, sebuah anti tesis dari yang ada saat ini tanpa dominasi,hegemoni dan hirarki. Yang tak lebih dari sebuah pemaknaan akan hidup secara meluas dan hakikat sebuah keluarga secara khusus. Atau mari kita coba melihat kembali kehidupan peradaban silam dimana perempuan dan laki-laki hidup damai dalam tatanan hidup tanpa kerumitan.

Women's Day
Buat Ibuku yang selalu memaksa anaknya menjadi buruh


~ 0 komentar: ~

+

Blogger templates

About Me

Foto saya
"Don't exist. Live. Get out, explore. Thrive. Challenge authority. Challenge yourself. Evolve. Change forever. It's time to be aggressive. You've started to speak your mind, now keep going with it, but not with the intention of sparking controversy or picking a germane fight. Get your gloves on, it's time for rebirth. There IS no room for the nice guys in the history books. THIS IS THE START OF A REVOLUTION. THE REVOLUTION IS YOUR LIFE. THE GOAL IS IMMORTALITY. LET'S LIVE, BABY. LET'S FEEL ALIVE AT ALL TIMES. TAKE NO PRISONERS. HOLD NO SOUL UNACCOUNTABLE, ESPECIALLY NOT YOUR OWN. IF SOMETHING DOESN'T HAPPEN, IT'S YOUR FAULT. Make this moment your reckoning. Your head has been held under water for too long and now it is time to rise up and take your first true breath. Do everything with exact calculation, nothing without meaning. Do not make careful your words, but make no excuses for what you say. Fuck em' all. Set a goal for everyday and never be tired." — Brian Krans (A Constant Suicide)

Blogroll

About


ShoutMix chat widget