Malam ini, bulan yang tampak
lebih besar dan lebih indah oleh bayangan yang melingkarinya. Tetapi tak hanya itu yang tampak,
sesungguhnya bulan ingin memanggil untuk sejenak kita menengadah ke langit, atap
yang begitu luas ini.
Langit yang terkadang ditutupi
awan putih lalu tiba-tiba disapu awan hitam, namun pada saat malam yang cerah
menyelipkan cahaya yang begitu sendu. Ingatan yang mungkin akan membawa pada
kesunyian di tengah pulau tak berpenghuni, atau damai di puncak pegunungan. Selalu
indah, Padahal hanyalah gelap yang luas, dengan atau tanpa cahaya bintang.
Langit malam, seperti sebuah
layar lebar yang menarik kembali pada peristiwa istimewa, menampilkan garis-garis
kejadian yang disambungkan pada rasi-rasi bintang, adalah refleksi dan terapi, seketika
memuat kita terdiam, terpejam dan termenung. Ia selalu ada kemanapun kita pergi.
Tetapi seringkali kita lupa bahwa
di setiap malam, langit terus menanti, cerita apa yang akan kita gariskan pada
rasi bintang. Kita lupa bahwa ada langit malam, tempat dimana hidup mendapatkan
ruang yang tanpa batas, dimana kita
bebas membentuknya atau membiarkannya berhambur menjadi serpihan kecil yang berkilau.
Bahwa Langit malam berharap, di setiap hari, esok, lusa, dan seterusnya kita akan
datang mengirimkan lebih banyak kilauan agar malam kian menjadi terang.
Seperti malam ini, langit kembali
menyampaikan pesan agar kita tak hanya
memandang bulan, bergantung pada cahayanya yang semu dan meredup saat ia
menjauh.
Langit malam, tak henti-hentinya
menanti akan datangnya terang dari cahaya
yang terpercik melalui momen momen
kehidupan yang kita nyalakan dan gerakkan tiada henti.
Langit malam selalu menjaga agar tak terlelap dan mengabadikan gelap.