Mengejar sinar yang segera menenggelam, menyusuri jalan melintasi seluruh rangkaian cerita yang terisi selama waktu yang panjang ini. waktu yang kadang salah terhitung. Waktu dimana ada geli penuh tawa, waktu bersama sudut ruang tuk membungkuk dan sepi, waktu untuk hasrat terkurung-tersembunyi. Untuk iba dan haru, untuk obsesi dan ambisi dan waktu untuk adrenalin dan ketegangan.
Waktu dan tempat yang terikat oleh pita merah, symbol kecil bagi angka pertama menuju delapan. Di koridor tua, di pantai dan karang, tepi danau, jembatan, dermaga, tak ada ukiran nama disitu hanya ada pita merah yang tak kan pernah terlihat.
Pita merah yang belum pernah putus, karena masih panjang pita terbentang untuk ruang, sudut dan persinggahan selanjutnya.
Balkon di kafe kecil ini, kami kembali untuk mengikat lagi selembar pita, walau telah ada sebelumnya. Selalu tak ada lilin yang menemani sajian menu malam, juga tak ada cerita untuk gaun ataupun atap rumah yang indah kelak. Hanya ada setumpuk catatan untuk langkah kecil penuh semangat bagi mimpi dan dunia yang belum ada namun terbayang. Cerita tentang teman yang pernah datang dan pergi bersama langkah ini. cerita yang selalu terputus oleh detak waktu yang tak mau mengalah.
Malam itu tak ada patethic waltz atau senandung lain, seperti perjalanan yang pernah teringat. kami pulang memberi kabar dan senyum lebar.
Dari sepasang kasih yang telah lupa untuk kembali pulang.
Thanks, Pinko!
Cherry
5 agustus 2010