Selasa, 19 Januari 2010
Dia hanya ingin mengatakan....
by
livingmylife
Awal tahun dengan sebuah kegagalan. Kembali kalah dan ingkar untuk tidak lepas dari makhluk tidak nyata yang memasung tubuhnya. Wujud yang tak bisa tergambarkan selain bagaimana ia hanya membuat ketaksadaran, tanpa kontrol, dan tak terkendali. Penuh sakit, dalam coretan dan luka kecil yang memaksa masuk kelapisan terdalam kulit. Menguras nafas, desah panjang dan luapan dari pelipis mata. Ia begitu murka. Ia terus lagi-lagi masih bersarang dalam kehidupan lainnya.
Kembali buasnya malam itu. Sakit yang luar biasa di kepala, ditambahkan dengan hantaman martil di telapak tangan. Hingga malam ia terus meraung, meluapkan seluruh sakit, beban dan kebenciannya. Ia bertahan dan tak pernah ingin pulang.
Malam semakin larut dan meninggalkan diri di pinggiran jalan, menyadari diri, sampai berakhir luluh dan berat untuk akhirnya pulang.
Memasuki ruang gelap, merebahkan badan dan berusaha tertidur namun tetap saja ia beradu, lemas dan terkapar dengan sendirinya . Hingga pagi betapa tenang melihatnya terlelap , sambil berharap tak pernah lagi terbangun.
...
Hari ini, tanpanya ada hirupan kelegaan. Sore bersama hujan yang begitu lebat, memilih berjalan keluar dengan sebuah payung kecil, dan setelan hangat yang akhirnya bisa dikenakan. Tidak untuk menanti cahaya atau sinar dibalik awan, karena mendung dan tetesan hujan jauh meneduhkan. Yah, saat kibasan dari udara dingin menyentuh dan membekukan kesah. Menghirup nafas panjang tanpanya. Paling tidak untuk hari ini.
Tetapi kapankah ketakutan itu benar-benar pergi, dan mebuatnya tak meingkari janji? Hingga segala dapat berjalan layak? Sampai tak ada lagi kawat yang memasung kaki dan melllit kuat saraf-sarafnya. Lalu menemui dirinya dalam pose penuh warna ,bebas berpindah dan menentukan titik pijak selanjutnya. Hingga bebas mewarnai awan agar tak selalu putih, dan menyulap langit seluruhnya menjadi taman luas. Bebas mengikuti air dan mengisi segala lubang lalu terbawa entah kemana lagi.
Berulangkali diri meyakinkannya, dan mengaburi alur dalam kepalanya. Subjekfitasnya yang angkuh. Yang selalu menutupi bayangan nyata dalam kaca. Tetapi berulangkali ia gagal, dan menyerah untuk hanya berdiam menunggu apa yang akan terjadi nantinya. Walaupun tragis mungkin saja akan datang.
Berungkali ia ingin lari dari dunia sendirinya, dan menemui paling tidak sebuah telapak tangan yang menawarkan diri dan menariknya keras untuk benar-benar keluar menemui dunia dengan awan yang penuh warna dan taman di langit yang tanpa batas. Terbaring dan terdekap hangat bersamanya. Hingga dia dalam kebuasannya itu tak perlu lagi datang berteriak penuh keras untuk mengatakan apa yang sebenarnya ia inginkan selalu... Dekapan!!
22: 23 wita
19 januari 2010 bersama deras hujan
Kembali buasnya malam itu. Sakit yang luar biasa di kepala, ditambahkan dengan hantaman martil di telapak tangan. Hingga malam ia terus meraung, meluapkan seluruh sakit, beban dan kebenciannya. Ia bertahan dan tak pernah ingin pulang.
Malam semakin larut dan meninggalkan diri di pinggiran jalan, menyadari diri, sampai berakhir luluh dan berat untuk akhirnya pulang.
Memasuki ruang gelap, merebahkan badan dan berusaha tertidur namun tetap saja ia beradu, lemas dan terkapar dengan sendirinya . Hingga pagi betapa tenang melihatnya terlelap , sambil berharap tak pernah lagi terbangun.
...
Hari ini, tanpanya ada hirupan kelegaan. Sore bersama hujan yang begitu lebat, memilih berjalan keluar dengan sebuah payung kecil, dan setelan hangat yang akhirnya bisa dikenakan. Tidak untuk menanti cahaya atau sinar dibalik awan, karena mendung dan tetesan hujan jauh meneduhkan. Yah, saat kibasan dari udara dingin menyentuh dan membekukan kesah. Menghirup nafas panjang tanpanya. Paling tidak untuk hari ini.
Tetapi kapankah ketakutan itu benar-benar pergi, dan mebuatnya tak meingkari janji? Hingga segala dapat berjalan layak? Sampai tak ada lagi kawat yang memasung kaki dan melllit kuat saraf-sarafnya. Lalu menemui dirinya dalam pose penuh warna ,bebas berpindah dan menentukan titik pijak selanjutnya. Hingga bebas mewarnai awan agar tak selalu putih, dan menyulap langit seluruhnya menjadi taman luas. Bebas mengikuti air dan mengisi segala lubang lalu terbawa entah kemana lagi.
Berulangkali diri meyakinkannya, dan mengaburi alur dalam kepalanya. Subjekfitasnya yang angkuh. Yang selalu menutupi bayangan nyata dalam kaca. Tetapi berulangkali ia gagal, dan menyerah untuk hanya berdiam menunggu apa yang akan terjadi nantinya. Walaupun tragis mungkin saja akan datang.
Berungkali ia ingin lari dari dunia sendirinya, dan menemui paling tidak sebuah telapak tangan yang menawarkan diri dan menariknya keras untuk benar-benar keluar menemui dunia dengan awan yang penuh warna dan taman di langit yang tanpa batas. Terbaring dan terdekap hangat bersamanya. Hingga dia dalam kebuasannya itu tak perlu lagi datang berteriak penuh keras untuk mengatakan apa yang sebenarnya ia inginkan selalu... Dekapan!!
22: 23 wita
19 januari 2010 bersama deras hujan
Latest Post