Ilusi dan sesal tak pernah lebih baik


Dunia hanya berhiaskan kabar buruk. Tak dapat dihindari dan hanya bisa dialihkan. layaknya kotak TV, tinggal menekan tombol untuk temukan kabar yang lain. Tidak demikian halnya dengan hidup, saat tombol telah kau pilih itulah langkahmu dan kau tak mampu kembali.

Pernah terpikir untuk kembali ke dalam ilusi, dimana jalan hidup adalah garis normal dan tidak terjadi sesuatu pun di sana. Namun saat kau memilih untuk tak menjadi sisipus, seolah beban baru datang dan kau tetap menjadi sisipus dibelahan lain. Penuh dengan beban sosial.

Sudahlah, mungkin aku hanya butuh tidur
dan terbangun untuk menyesalinya
paling tidak untuk melihat seberapa kuat aku terus berlari

tidak! aku tidak perlu berlari

........

Latest Post
Jumat, 13 November 2009

Pinggiran kota, di sebuah kawasan pesisir yang kumuh. Pertemuan sore itu, berkumpul ibu-ibu pencari kerang yang kini bersiap beralih peran setelah tempat mencari mereka tergusur oleh revitalisasi dan desakan proyek-proyek pembangunan .

Hadir di antara mereka, menimbulkan sebuah perasaan miris yang sejak lama tertanam sebuah kebencian. Bukan miris atas kemiskinan mereka, bukan pula karena ancaman yang akan mereka hadapi nantinya. Menafikkan rasa iba atas demikian , ada sesuatu yang membuat saya tak betah dan terganggu. Hampir di setiap sudut kota ini, hal tersebut selalu saja kutemui.

Kukeluarkan selembar kertas, hendak menuliskan daftar hadir di pertemuan saat itu. tak lama kemudian satu persatu ibu-ibu tersebut mendekat. Masing-masing mereka menyebutkan namanya. Tak sempat kutuliskan seluruhnya, ibu lain datang bersamaan dan menawarkan pula nama-nama mereka, bahkan nama-nama yang tak hadir saat itu di tawarkan pula. saya mulai kebingungan, merasa sedikit aneh. Ada apa dengan ibu-ibu ini? seantusias ini mereka mengelilingi saya.

Pertemuan di mulai,sebuah sosialisasi singkat atas kondisi pesisir dan antisipasi akan ancaman kedepan di wilayah tersebut dampak sebuah pertalian erat birokrasi dan kapital .
Saat pertemuan tersebut berlangsung seorang teman berbisik. Sedikit akhirnya saya tahu, tingkah ibu-ibu itu yang sepanjang pertemuan tak membuat saya nyaman.

Satu lagi kutemukan alasan, Kemuakan atas tatanan yang teramini dan tereproduksi secara terus menerus. Sistem yang mengakar di seluruh linih kehidupan bahkan di dalam watak para korbannya. Seperti watak para ibu yang hadir sore itu, watak mereka yang telah terselubungi tendesi nominal. Tak bisa disalahkan.

Bermukim daerah empuk investasi dan sirkulasi modal dalam kehidupan kumuh yang dimiskinkan. Lalu desakan peradaban yang tak bisa dimbangi serta hasrat atas impian yang selalu injeksikan dalam hiperealitas. Celah yang mudah bagi sejoli birokrasi dan kapital meluluhkannya. Masuklah lembaga-lembaga pemberi harapan, seolah membawa titik terang atas problem mereka, senilai nominal adalah deal tanpa tawar menawar. Satu persatu mereka datang , perlahan dan pasti menyisipkan watak "tangan menengadah". Akhirnya terbentuk dan tertanam bagi para korbannya,tereproduksi terus menerus.

Tahun ini, di pesisir pantai ini akan dibangun proyek megastruktur, ambisi latah pemerintah. Menyulap kawasan kumuh menjadi negeri impian setelah membangun sebuah pusat permainan termegah. Tempat bermukimnya para nelayan-nelayan pencari kerang, yang kini semakin berkurang oleh hilangnya tempat mencari, akibat penimbunan besar-besaran pesisir pantai. Entah seperti apa kehidupan mereka selanjutnya, setelah transaksi diterima setelah sebagian pula telah dipersiapkan menjadi buruh-buruh industri.
Mungkin tak lama lagi, kehidupan kampung ini akan benar-benar lenyap, sayangnya watak yang tertanam telah mendarah daging...

Mengalah


Mengalah

Malam ini, dari seluruh kelelahanku. Menjalani hidup yang ingin kutemui keindahannya walau harus memicu adrenalin dan meresap energy tubuhku. Ku mulai kembali catatanku ditemani syair dan nada yang menarik kembali waktu-waktu lama yang terlewati . Entah rasa apa yang kutemukan saat ini, saat merinding mengingat dan membayangkan saat – saat yang luar biasa.

Akhirnya kutemukan waktu bersama diriku, kuluapkan seluruh emosi tak pernah bisa kukendalikan. Kuluapkan dalam ketenangan , kuhargai , kumanca , kubantu bernafas dengan tenang, kubiarkan terdiam dan kulinangkan airmatanya yang tertahan oleh kekuatan.
Malam ini , ku membawanya berpetualang , mengendarai alunan-alunan nada lembut, kutembuskan waktu ke tempat yang dirindukannya.

kubawa ia berayun di bawah pohon tua di halaman luas, dimana sungai besar terbentang dihadapnya. Sungai tenang yang telah menenggelamkan tubuhnya yang berusaha berteman , namun hidup menariknya kembali.
Iya terus berayun, menikmati angin yang terus mengibas rambutnya. Kulihat lapang dan kelegaan, kulihat kepolosan, padanya kulihat kembali..

Ku terus diam memandangnya, ia tak pernah berbalik sama sekali..
Ia tetap tinggal , menjauh, bertahan untuk tidak melangkah pada hidup yang akan dilaluinya..
Aku ”waktu” mengalah untuknya ...

Kamis, 09 Juli 2009

Hari ini telah kugunakan hak pilihku…


Hari ini telah kugunakan hak pilihku…

I chose nothing. I was born and this is what I am (‘troy’,2004)

Memilih untuk tak pulang ke rumah dan menghabiskan siang malam di tempat yang kuinginkan

Kugunakan hak pilihku, menyendiri di sebuah ruang kecil yang baru saja didekorasi sangat bersih dan nyaman dengan beberapa fasilitas baru yang sangat mendukung.

Kumemilih duduk di atas kursi tua di dekat jendela sambil menikmati kopi dan membaca sebuah buku yang kupilih dari sekian buku yang bertumpuk di perpustakaan. Aku bebas memilih dari mana dan bagaimana aku membacanya, aku tak perlu membacanya dari awal, tinggal kubuka daftar isi dan kupilih halaman yang kuanggap menarik atau penting kubaca. Saat kehilangan mood, aku bebas menentukan jeda untuk menatap keluar menyaksikan kendaraan berlalu lalang yang tak seramai biasanya.

Aku masih tetap memilih. Kupilih membuat minuman dingin, pas sebagai teman dalam cuaca yang cukup panas siang itu. Kuambil laptop kecilku, membuka beberapa file lama dan kuselesaikan beberapa tulisanku yang tak berusai. Ku memilih kata yang tepat agar terangkai menjadi kalimat yang sesuai dan akupun bisa memilih menghapus sesuka hatiku kalimat tak perlu walaupun akhirnya aku masih bebas memilih untuk tak melanjutkannya, saat aku kehilangan ide-idenya.

Setelah itu, tetap saja aku masih bisa memilih. Baring di atas busa dengan sprei yang baru saja diganti, sangat nyaman meregangkan otot leher yang tegang dan mengistirahatkan mata yang telah sayu. Kupilih posisi tidur yang baik, walaupun suara nyamuk melintas di telingaku kumemilih untuk tak peduli . Kubiarkan laptopku terus menyala dan memutar beberapa lagu kesukaanku.

Hari semakin gelap, tubuh masih terasa lemas untuk terbangun, mata telah merasa cukup terpenyam. Kumemilih hanya berbaring diam, melamun kulewatkan sampai akhirnya kumemilih melawan rasa lemas itu dan terhentak membangunkan diri.

Selanjutnya aku masih punya waktu tuk memilih dan memilih. Makan, minum, baca, mengetik , mengutak –atik, dan memilih diam semua dapat kulakukan hari ini. Hari dimana jutaan orang memilih menggantungkan hidupnya kepada segelintir orang lewat ritual sekian menit saja,adalah sesuatu yang absurd bagiku. Aku memilih untuk tak menjadi bagian dengan mengulang kesalahan yang sama dimana sejarah telah membeberkannya dengan nyata.

Ya, inilah pilihan nyata bagiku…

8 Juli 2009...Di hari pemilihan umum

Senin, 01 Juni 2009

Menuntaskan waktu


Menuntaskan waktu

Waktu, tak ada nilai yang menjadikannya tetap. Namun ia hanya terdefinisi dalam dua makna : cepat atau lambat. Detik, menit, sejam, sehari, sebulan, setahun, bertahun-tahun mengandung makna yang relatif dan Kuantitas bukanlah standar atas kualitasnya. Sekian menit menunggu akan terasa menjadi sangat lama tetapi pergantian tahun kadang dirasa begitu cepat saat ia kembali lagi ke angka satu.
Dalam kesunyian, perasaan mengikat waktu seolah tak kuasa lepas dan bergerak hingga terlalu lama. Dalam kasih, perasaan membebaskan waktu seolah ia lepas berlari hingga mengapa semuanya begitu cepat.
………..
Kulihat awan dari ketinggian, putih dan lembut mengiringi perjalanan pulangku yang setenang suasana hati. Setelah Sembilan puluh lima menit pesawat melejit cepat dan akhirnya mencapai daratan. Kurapikan rambutku yang mulai memanjang, kusegarkan wajahku dengan sedikit senyuman dalam perasaan tak sabaran. Menuruni tangga, tiba di tempat dimana limapuluh hari lalu kumengantarnya pergi namun saat ini justru ia yang menjemputku pulang. Sambil bertanya, rupanya kini, kupercepat langkahku. Mencari-cari diantara kerumunan mereka yang juga menanti, kutemukan dirinya,senyum penantian akhirnya terjawab sudah seiring mentari yang menenggelam sore itu..
Kini, pilihan kemudian memperhadapkan kembali, akankah impian baru teraih setelah janji untuk tak berpisah kembali ataukah waktu kembali tuk saling merindu…
Tak kan kulepas keduanya…
Makassar, 22 Mei 2009

Senin, 06 April 2009

Tak ada lilin, tak sepotong kue, tak juga sekotak hadiah, mereka jauh lebih berarti


Tak ada lilin, tak sepotong kue, tak juga sekotak hadiah, mereka jauh lebih berarti

Dalam lelap dan memori yang mengalir mengulang dalam mimpi, deringannya menghentakkan seketika

Okh dia, kutahu sesuatu yang kan diucapkannya dan kutahu ialah pertama .selalu.

Ucapan yang menyadarkanku akan arti hari ini tepat saat detak detik kedatangannya. Tak ada lilin, tak sepotong kue, tak juga sekotak hadiah. Lalu tetes itu mengalir sendu dalam keheningan, bukan karena tak hadirnya, kerayaan serta simbol-simbolnya namun karena sunyi yang merangkul hangat dan kecupan yang menyerap dalam khayalku, menyempurnakan maknanya walau waktu yang melekat pada diri adalah dilema tak terhindarkan untuk setiap konsekuensi atasnya.

Apapun, malam ini aku bahagia...

Selayaknya bahagia yang terasa saat kemarin dan hari yang mendahuluinya. Menyelami dasar laut dan menemukan damai layaknya malam ini, juga kedamaian saat ringan melayang di permukaannya, menatap langit nan biru, dan ayunan kaki terus membawaku pada sisinya yang tak berujung melawan hempasan gelombang seiring hembusan angin yang membawanya . Dan saat biru itu tenggelam dalam gelap, berganti kilau yang saling menyambung pada rasi yang ribu bertaburan, sesekali kilaunya berjatuhan namun tak ada lagi harapan yang terbisikkan , terpenuhi oleh limpahan kenikmatannya saat itu.

Dan hari ini, kebahagiaan itu kubawa pulang dan mewujudkan harapan atas hidup yang semakin mengusir.

Dan atas semua impian ini, aku masih punya daya. Bersamamu dan kalian yang terawat dan penuh cinta di hatiku...

06 April 2009

Dan kau tak menyendiri


Dan kau tak menyendiri

Tak seperti biasanya, tiga hari ini saya harus pulang lebih awal. Membiasakan diri terlelap lebih cepat dan tak lagi terjaga bersama detak detik pergantian hari. Perjalanan pulang yang tak biasa, dan merindukan blue bibir merah dan pengemudinya yang selalu setia menantang dinginnya malam dan kemudian kembali pada jalur yang sama yang panjang dan dingin yang semakin menusuk lalu deringan telepon mengakhiri, sandi bahwa ia telah menutup pagarnya.
Hari ini tepat pukul 21: 00, saya kembali berjalan lagi sekian meter , tak ada ketakutan sama sekali hingga saya mulai menikmati hari-hari ini, bersama perasaan yang sejak telah lama kurindukan…sendiri dan merindu.
Setelah singgah di sebuah warung untuk mengakhiri lapar yang sejak tadi tertahan, saya berjalan kembali menempuh setengah perjalanan lagi untuk sampai di rumah. Lalu …
Hingga seketika sesuatu datang mengejutkanku.
Sebuah motor yang melintas terhenti tiba-tiba tepat disampingku. Jalanan yang cukup sunyi membuat kerja jantung mulai berdetak cepat. Terhenti dan diam selaras dengan pikiranku yang mulai menerka-nerka sesuatu ini. Menanyakan alamat ? okh mungkin saja pikirku. Lama menunggu, ia masih saja diam. Dan akhirnya takut itu mulai muncul, tanpa apa-apa saya menyiapkan diri atas segala resiko : siapa dia? apakah itu? Ia masih terdiam. Inisiatif mendahului, untuk bertanya ; ada apa? Tapi kulihat ia hanya menggerak-gerakkan jarinya dan tak berkata. Hal terburuk menyerang lagi (huh, mengapa pikiran ini selalu menguasai kita) entahlah, ingatanku terbawa pada kejadian yang pernah terjadi di jalan ini. Kupegang erat tas kecilku dan memikirkan beberapa benda di dalamnya, tak ada yang berharga selain handphone beberapa lembar uang, sebuah buku , dan sampah-sampah bungkus permen. Mencoba melawan perasaan, aku tak boleh lemah, tak boleh ada yang merampasnya, walaupun mungkin aku harus bersiap merelakannya sambil berharap ada sesuatu yang melintas dan mengakhiri ketegangan ini. Menunggu… sesaat beberapa motor melintas tapi berlalu begitu saja. Niat untuk mengabaikan dan melanjutkan jalan kuputuskan, belum sempat berbalik dan melangkah, terdengar :
Tunggu !!!
Kuurungi kembali niat, emosi mulai melarut bersama pikiranku sambil mencoba untuk tetap tenang. Membaca bahasa tubuhku, akhirnya ia mulai berucap. dengan sedikit tertatih-tatih, selama sekian menit ia berbicara , sangat pelan, sangat singkat , sangat cepat dan kemudian…
selesai sudah…
Seketika apa yang kupikirkan sebelumnya runtuh dan terganti dengan keinginan untuk tersenyum bahkan mungkin tertawa, tak banyak lagi yang ia bisa ucapkan. Untuk sekian waktu terjawablah semua…
Saling berpamitan, kembali pulang pada arah yang berlawanan.
Sambil terkikik-kikik kulanjutkan lagi perjalanan, setelah menolak ajakan antarnya. Sebuah perasaan luar biasa bukan atas apa yang baru saja ia katakan atau entah siapa dia. Tapi sungguh hari ini saya menemukan sebuah sisi tak terduga dari hidup ini. Bukti atas sebuah daya paling subversive yang melepaskan tali kendali dan menghirupkan nafas panjang tuk yang merasanya lebih dalam.
Sebuah energy yang mungkin membuat hariku, langkahku dan legaku dan bahwa dalam dugaan kesendirian ini, aku telah salah.
Hey, lelaki yang kutemui malam ini. Luar biasa atas apa yang kau lakukan. Terima kasih atas sesuatu yang tak pernah kusadari, terima kasih menemani perjalanan pulangku selama tiga malam ini, menunggu menghabiskan makanku, menunggu atas setiap singgahku, dan mengiringi lagi jalanku walau tak sekalipun aku berbalik tuk menyadarimu ada.
Sayangnya, malam ini kau telah mengawali tuk mengakhiri. Kau mungkin telah bahagia pulang bersama angka-angka elektrik dariku. Saatnya dengan perlahan, penuh maaf kau akan kecewa.
Mengapa kau tak tunda saja, menyapaku malam ini? dan terus temaniku berjalan…
Karena esok tak lagi bukan?

Menutup maret 2009…
tercatat bersama alunan…Strangers in the night (Frank Sinatra)

Cinta Di Ranah Impian


Cinta Di Ranah Impian

Merah itu mulai menghitam, setelah sekian hari kita lalui. Dalam ruang dingin yang kita hangatkan bersama,kebebasan sempurna atas sebuah lampias hasrat yang tak mampu menjinak. Melawan kutukan moralitas antara impian menghadirkan atau melepaskannya…
Dan tetaplah ia kembali menjadi impian karena kita rapuh, kita kalah.
Alisa dan Ishmael pergi, meninggalkan sebuah pesan sedih : hadirkanlah aku, tantang dunia, kita kan bahagia….berjanjilah

Celebes, 28 Maret 2009

Kamis, 26 Maret 2009

jarak dan waktu


jarak dan waktu

mari bermain-main dengan waktu
untuknya, ku memilih diam
untuk dia, ku memilih melupakan
untukmu, ku memilih bertaruh
dan untuk seluruh jarak
aku hanya akan ada bersama diriku
...

Senin, 26 Januari 2009

Kala


Kala

Saat kala tak lagi berarti..
Ada mimpi tuk sepasang sayap
Namun tak lagi bukit tuk didarati
...
haruskah mimpi sepasang sirip
Tenggelamkan diri ke laut dasar..

26 jan 09
1:29

Absurd


Absurd

Absurd
Apa yang paling absurd?
..tentu hidup ini...

Jumat, 16 Januari 2009

ehmmmm


ehmmmm

hanya menyegarkan kembali rumah kecil ini...
aktifitas telah mencurinya...
walaupun demikian, perjalanan menakjubkan telah dilewati
lalu kemana lagi waktu kan membawaku ke lonjatan tak terduga selanjutnya

+

Blogger templates

About Me

Foto saya
"Don't exist. Live. Get out, explore. Thrive. Challenge authority. Challenge yourself. Evolve. Change forever. It's time to be aggressive. You've started to speak your mind, now keep going with it, but not with the intention of sparking controversy or picking a germane fight. Get your gloves on, it's time for rebirth. There IS no room for the nice guys in the history books. THIS IS THE START OF A REVOLUTION. THE REVOLUTION IS YOUR LIFE. THE GOAL IS IMMORTALITY. LET'S LIVE, BABY. LET'S FEEL ALIVE AT ALL TIMES. TAKE NO PRISONERS. HOLD NO SOUL UNACCOUNTABLE, ESPECIALLY NOT YOUR OWN. IF SOMETHING DOESN'T HAPPEN, IT'S YOUR FAULT. Make this moment your reckoning. Your head has been held under water for too long and now it is time to rise up and take your first true breath. Do everything with exact calculation, nothing without meaning. Do not make careful your words, but make no excuses for what you say. Fuck em' all. Set a goal for everyday and never be tired." — Brian Krans (A Constant Suicide)

Blogroll

About


ShoutMix chat widget