Kopi Hitam dan Dunia yang Pekat






Di antara bulan-bulan yang terlewati…

Di sebuah caffe baru yang cukup jauh, sebuah tempat yang mungkin nyaman untuk melepas semua kejenuhan kerja yang menguras otak, tenaga dan perasaan. Walau harus menguras rupiah yang lebih banyak, tapi hal ini kadang tak berarti lagi di antara hari-hari saya yang memang lebih banyak terisi untuk mengejar rupiah. Pekerjaan ini, memang telah menjawab salah kontradiksi yang begitu lama membuat hidup saya yang terjepit. Di sisi lain, saya juga harus siap dengan konsekuensi dimana kebebasan dan kegembiraan dalam kehidupan yang sering dianggap aneh harus tersisihkan. Sehingga, dalam hari hari ini hanyalah berusaha menyisihkan waktu, tenaga untuk mengumpulkan kembali kebencian menjadi sebuah gerak  kecil yang tak beraturan.

Latest Post
Kamis, 04 Agustus 2011

Bagi Waktu Yang Hilang


Bagi Waktu Yang Hilang



Sudah Catatan ini hanya pengganti bagi, bagi waktu yang hilang. Ditelan perjalanan yang terhitung hampir mencapai seribu kilometer.  Melewati rute yang sama, pandangan yang sama, hingga saya akhirnya paham dan hafal tempat demi tempat, yang dulunya sangat jauh dan asing. Alur ini, kini seperti berjalan menuju kios dekat rumah.

Perjalanan selalu membuat saya khawatir, pada hal-hal yang membuat saya harus menjauh. Apa yang saya lakukan saat ini, sampai kapanpun (penuh harap) bahwa ini hanyalah seperti saya sedang membeli sebuah bekal di warung, setelahnya saya akan kembali membawa sebungkus makanan.  Yang  entah makanan itu hanya untuk saya ataupun untuk mereka di sekitar saya.

Selasa, 03 Mei 2011

Sepotong kue diawal Mei


Sepotong kue diawal Mei


Jika kalian saya, kau dan mereka menginginkan sebuah kue yang lezat, mengapa kita tak sama-sama menyiapkan bahannya. Kau mungkin membawa beberapa butir telur, saya akan membawa beberapa bungkus terigu. Dia yang akan menyediakan bahan tambahan seperti coklat, susu, dan bahan pemanis lainnya. Tapi jangan lupa, kita butuh peralatan, mangkok, mixer, dan pemanggang. Hubungi teman lain mungkin dari mereka ada punya dan ingin meminjamkan. Kita bisa berkumpul di sebuah tempat lalu membuatnya ramai-ramai. Ajaklah lebih banyak orang, siapa tahu dari mereka membawa lebih banyak bahan sehingga kita bisa membuat banyak jenis kue, lebih banyak rasa sehingga nanti bisa saling membagi dan tak perlu berebut.  Alangkah baiknya, sebelum itu, kita kumpulkan berbagai resep kue yang kan kita buat. Kau, saya, dia dan mereka usulkan saja resep paling enak. Jika ada banyak bahan, mengapa tidak, kita buat semua resep itu agar kita tak perlu berdebat panjang menentukan sebuah resep paling enak. Seaindainya demikian, pastilah ada perayaan untuk kita hari ini. Mungkin kita telah berkumpul entah di taman, atau trotoar atau mungkin keramaian jalan dan menikmati kue yang kita buat bersama.

Minggu, 10 April 2011

Hari untuk beranjak pulang


Hari untuk beranjak pulang

Pada titik balik perjalan hidup, di satu sisi dianggap sebagai momen yang membahagiakan, namun di saat lainnya adalah sebuah momok. Hari itu mungkin ada keceriaan, yang dimeriahkan penuh suka cita. Setelah itu mungkin akan berakhir pada perenungan, sudah sejuah ini kah kita berjalan?. Lalu akan ada kekosongan, ternyata saya masih sangat jauh dari apa yang seharusnya teraih dalam titik tersebut. Sedangkan makin hari, bayangan masa depan itu kian menjauh.
Hari saya tidak akan peduli, liburan sehari di sebuah kota yang sejak lama saya rencanakan mungkin adalah liburan khusus untuk lari dalam sebuah rutinitas yang menculik dari kehidupan yang telah saya pilih. Di sebuah resepsi, saya telah betul yakin dan kembali berkaca pada perjumpaan dengan teman-teman lama. Mereka kutemui dalam kehidupan mereka yang telah damai dan terengkuh dalam tata hidup yang selayaknya diagungkan. Tapi sekali lagi, dihadapan mereka saya harus tampak sebagai diri yang lain.

Senin, 14 Maret 2011

Being happy is the best cure of all diseases!"


Being happy is the best cure of all diseases!"

Being happy is the best cure of all diseases!"
—Patch Adams
Saya tidak ingat kapan terakhir saya berhubungan dengan jarum suntik, kecuali hari ini. Tertancap di vena, darah mengalir di spoit dan mata saya lebih berani melihatnya. Tahapan medis pertama selesai.
Selanjutnya, dokter menyilahkan saya berbaring. Sedikit khawatir oleh rasa penasaran dari rasa sakit yang tidak hilang di perut. Si Dokter hanya menggerakkan sebuah alat "Ultrasonografi" memeriksa satu persatu-persatu bagian perut saya. Sebelumnya saya mengira bahwa alat ini hanya digunakan di atas perut hamil. Tak ada rasa apa-apa selain dingin dari gel yang diberikan ke alat itu.
Kenapa dok? ingin menyelesaikan penarasan.
Tungga ya? dia masih mendeteksi, masih menggerakkan alat itu di atas perut saya.
Saya kembali diam, sambil terus memperhatikan monitor yang samar-samar memperlihatkan organ dalam perut saya.
Semuanya normal, tidak seperti deteksi semula. Dokter akhirnya memberikan jawaban.
lalu? sakitnya karena apa ya dok?
Mungkin ada radang, kita tunggu hasil pemeriksaan darah dan urin. Jangan khawatir pada diagnosa awal, tidak ada yang memperlihatkan tanda-tanda Appendicitis.
Appendicitis, maksudnya usus buntu ya dok?
Iya. dokter menjawab singkat dan mempersilahkan saya merapikan pakaian dan meninggalkan ruang pemeriksaan.
Tanpa tanya lagi saya, saya beranjak masih dengan sedikit rasa penarasan.

Senin, 28 Februari 2011

Ke titik nol


Ke titik nol

Setelah sempat beranjak ke angka + 200, kini harus bergeser kembali ke posisi kritis – 50.
Secepat mesin kasir menguras habis lembaran dan koin-koin, sayangnya saya tak menghabiskannya untuk itu. Karena sayalah sebatang tiang untuk beberapa pasak yang melintang. Setumpuk kertas-kertas tagihan sekecap menguras ke angka minus.
Sekarang hanya tinggal berharap, pada dering telepon yang memberi kabar dari setumpuk berkas yang memberi kepastian. Sebelum waktu terus menggeser ke angka minus lebih besar, atau paling tidak saya bisa kembali ke titik nol.
Optimis beradu pesimis, terkadang memang hidup hanya memberikan kesempatan kita untuk terus menggali lubang. Tetapi saya senang melakukannya sendiri tanpa harus melibatkan tangan orang lain.


Senin, 14 Februari 2011

Air mata takkan habis, jadi berhentilah menangis…


Air mata takkan habis, jadi berhentilah menangis…

Saya punya banyak cara untuk membenci kehidupan ini, saya punya setumpuk kata dan redaksi untuk memaki ketidaksukaan, kekecewaan atas jalan dan kehidupan yang terpaksa harus dijalani. Ada banyak ocehan dan kata-kata kotor untuk bisa memuaskan kemurkaan. Saya pun memiliki perangkat teknologi yang bisa menyebarkan kejenuhan ini kemana-mana tanpa peduli siapapun, suka ataupun tidak suka.

Setelah itu saya puas? Ya terkadang saya puas, saya lega. Karena itulah mungkin cara untuk bisa melampiaskannya. Saya memiliki teman, tapi sayang jika kebersamaan harus diselimuti kesedihan, iba dan keluh. Mungkin ini hanyalah bentuk sederhana untuk menghargai mereka.
Kaki dan tangan saya boleh lelah. Tetapi air mata tak pernah bisa menyembuhkan, walau tak akan habis, mulailah untuk berhenti menangis.

Minggu, 16 Januari 2011

Kacang menyembunyikan kulitnya..


Kacang menyembunyikan kulitnya..


Jam menunjukkan pukul 12:00 siang, sudah lebih lima jam mereka berkumpul di tempat ini, masih ada lima jam lagi untuk hari ini agar kaleng yang berada disampingnya menjadi penuh. Masih lama untuk beranjak pulang, tangan mereka masih bergerak dengan cepat. Menekan sebuah alat sederhana menyerupai parang, sedang tangan yang lain menyelipkan dan menahan sebuah kacang mede dibawah bilahnya. Dengan sekali tekan saja, kacang itu sudah terlepas dari kulitnya. Demikian, satu-persatu, berkali-kali, dan secepat mungkin agar kaleng terus terisi dan bertambah berat dengan kacang bersih terkelupas. Dalam kaleng inilah, upah mereka tertampung, tak menghitung waktu yang telah dihabiskan.

Selasa, 11 Januari 2011

Sendu sejoli


Sendu sejoli

Saat darah dan daging ingin berpisah
darah teracuni kimia hingga liar mengalir
sedang daging, menjadi pucat bersama air mata
...

Saya hanya bisa terdiam melihatnya, putus asa..
sepertinya ini bukan dunia yang telah sepanjang hidup ku bersama
saya tak akan memilih di antara keduanya, mereka adalah saya..

Apapun yang terjadi...

Minggu, 09 Januari 2011

Yang tak mengalir di lenganku


Yang tak mengalir di lenganku

Keheranan diakhir tahun, saat tak satupun catatan bisa kutinggalkan. Terlena akan kehidupan baru di ketinggian, namun merintih di atas langkah tangga dan dingin ruang yang tak bersetara. Sebulan lebih ini, di atas tahta yang berarti.

Tak ada pilihan selain dengan cara ini kekuatan yang harus kukumpulkan untuk kedua lenganku. Lengan yang menahan tangan-tangan yang bergelantungan tanpa daya. Yah, baru tersadar mengapa tanganku begitu nyeri akhir-akhir ini. Istirahat, catatan inipun tak bisa kulanjutkan.

...

+

Blogger templates

About Me

Foto saya
"Don't exist. Live. Get out, explore. Thrive. Challenge authority. Challenge yourself. Evolve. Change forever. It's time to be aggressive. You've started to speak your mind, now keep going with it, but not with the intention of sparking controversy or picking a germane fight. Get your gloves on, it's time for rebirth. There IS no room for the nice guys in the history books. THIS IS THE START OF A REVOLUTION. THE REVOLUTION IS YOUR LIFE. THE GOAL IS IMMORTALITY. LET'S LIVE, BABY. LET'S FEEL ALIVE AT ALL TIMES. TAKE NO PRISONERS. HOLD NO SOUL UNACCOUNTABLE, ESPECIALLY NOT YOUR OWN. IF SOMETHING DOESN'T HAPPEN, IT'S YOUR FAULT. Make this moment your reckoning. Your head has been held under water for too long and now it is time to rise up and take your first true breath. Do everything with exact calculation, nothing without meaning. Do not make careful your words, but make no excuses for what you say. Fuck em' all. Set a goal for everyday and never be tired." — Brian Krans (A Constant Suicide)

Blogroll

About


ShoutMix chat widget