Senin, 14 Maret 2011

Being happy is the best cure of all diseases!"


Being happy is the best cure of all diseases!"
—Patch Adams
Saya tidak ingat kapan terakhir saya berhubungan dengan jarum suntik, kecuali hari ini. Tertancap di vena, darah mengalir di spoit dan mata saya lebih berani melihatnya. Tahapan medis pertama selesai.
Selanjutnya, dokter menyilahkan saya berbaring. Sedikit khawatir oleh rasa penasaran dari rasa sakit yang tidak hilang di perut. Si Dokter hanya menggerakkan sebuah alat "Ultrasonografi" memeriksa satu persatu-persatu bagian perut saya. Sebelumnya saya mengira bahwa alat ini hanya digunakan di atas perut hamil. Tak ada rasa apa-apa selain dingin dari gel yang diberikan ke alat itu.
Kenapa dok? ingin menyelesaikan penarasan.
Tungga ya? dia masih mendeteksi, masih menggerakkan alat itu di atas perut saya.
Saya kembali diam, sambil terus memperhatikan monitor yang samar-samar memperlihatkan organ dalam perut saya.
Semuanya normal, tidak seperti deteksi semula. Dokter akhirnya memberikan jawaban.
lalu? sakitnya karena apa ya dok?
Mungkin ada radang, kita tunggu hasil pemeriksaan darah dan urin. Jangan khawatir pada diagnosa awal, tidak ada yang memperlihatkan tanda-tanda Appendicitis.
Appendicitis, maksudnya usus buntu ya dok?
Iya. dokter menjawab singkat dan mempersilahkan saya merapikan pakaian dan meninggalkan ruang pemeriksaan.
Tanpa tanya lagi saya, saya beranjak masih dengan sedikit rasa penarasan.

...
Dua hari selanjutnya kembali ke klinik, mengambil hasil uji darah dan urine. Tapi lagi-lagi harus melalui sistem administrasi yang beribet.
Kembali dibuat bingung dengan istilah medis dari berkas hasil pemeriksaan darah. Tentu saya harus menemui dokter lagi, untuk menerjemahkan istilah yang seolah kode rahasia ini. Ataukah mungkin bahasa seperti ini sengaja dibuat agar orang tak paham? sehingga seorang pasien tak akan pernah bisa setara dengan seorang dokter. Membuat kita tetap butuh dan rela menunggunya berjam-jam.
...
Kurang lebih sejam, barulah saya dipersilahkan masuk dalam ruang dokter.
Ok, dari hasil semua pemeriksaan, hasil foto tidak memperlihatkan appendicitis, kecuali hasil darah ada sedikit gangguan di bagian usus bawah. Jaga pola makan dan beristirahat saja. Ini resep untuk mengurangi radang dan sakitnya. Kembali periksa lagi jika sakitnya tidak hilang. Penjelasan singkat dari dokter.
Setelah menerima resep, saya keluar tanpa mendapat penjelasan apa-apa lagi. Lagi pula ada beberepa pasien yang harus dilayani sang dokter jadi tak butuh waktu banyak hanya untuk menjelaskan persoalan organ tubuh saya ini. Beranjak ke apotik mengambil resep yang sudah diberikan. Seperti biasa pula, apapun sakitnya antibiotic lah penawarnya. Istirahat? Duh dok, tanpa saranmu pun dari dulu saya selalu menginginkannya.
..
Beginilah medis, terkadang kita harus lapang dada menerimanya. Saat semua diatur dalam proses yang administratif hingga menguras banyak biaya hanya untuk mengetahui dan mendengar penjelasan dokter atas apa yang terjadi tubuh kita. Bahkan terkadang harus menerima wajah tak ramah dari pelayan medis hingga raut dokter yang tak berekspresi serta proses yang sangat kaku.
Saya teringat ketika menemani seorang teman di ruang gawat darurat, dimana pertolongan medis seharusnya dilakukan dengan lebih cepat. Banyak pasien yang diterlantarkan tanpa ada tindakan, hanya karena harus melewati serentetan prasyarat pelayanan rumah sakit. Tak terlihat kepekaan dari para perawat di antar rintih sakit atau luka yang berlumur darah. Tak ada proses sosial, secepat orang-orang dijalan yang menolongmu saat terjatuh. Atau memang beginilah institusi dimana para perawat hanyalah seorang pekerja yang telah muak dengan kesehariannya?
Medis hanya melihat apa yang ada dan harus dilakukan atas tubuh yang sakit tanpa menyertakannya dengan perasaan, bahkan hanya dengan sedikit senyuman. Saya pulang, dengan seberkas hasil diagnosa dan antibiotik, paling tidak hanya bisa mengobati rasa penasaran.
Esok, saya harus lebih menguasai waktu dengan istirahat dan mencari banyak senyuman.

~ 1 komentar: ~

Insomnia_Kuroi says:
at: 3 Juni 2011 pukul 05.44 mengatakan...

saya suka filmnya,.
"patch adams"

dokter terkeren,.
:D

+

Blogger templates

About Me

Foto saya
"Don't exist. Live. Get out, explore. Thrive. Challenge authority. Challenge yourself. Evolve. Change forever. It's time to be aggressive. You've started to speak your mind, now keep going with it, but not with the intention of sparking controversy or picking a germane fight. Get your gloves on, it's time for rebirth. There IS no room for the nice guys in the history books. THIS IS THE START OF A REVOLUTION. THE REVOLUTION IS YOUR LIFE. THE GOAL IS IMMORTALITY. LET'S LIVE, BABY. LET'S FEEL ALIVE AT ALL TIMES. TAKE NO PRISONERS. HOLD NO SOUL UNACCOUNTABLE, ESPECIALLY NOT YOUR OWN. IF SOMETHING DOESN'T HAPPEN, IT'S YOUR FAULT. Make this moment your reckoning. Your head has been held under water for too long and now it is time to rise up and take your first true breath. Do everything with exact calculation, nothing without meaning. Do not make careful your words, but make no excuses for what you say. Fuck em' all. Set a goal for everyday and never be tired." — Brian Krans (A Constant Suicide)

Blogroll

About


ShoutMix chat widget