Di sebuah caffe baru yang cukup jauh, sebuah tempat yang mungkin nyaman untuk melepas semua kejenuhan kerja yang menguras otak, tenaga dan perasaan. Walau harus menguras rupiah yang lebih banyak, tapi hal ini kadang tak berarti lagi di antara hari-hari saya yang memang lebih banyak terisi untuk mengejar rupiah. Pekerjaan ini, memang telah menjawab salah kontradiksi yang begitu lama membuat hidup saya yang terjepit. Di sisi lain, saya juga harus siap dengan konsekuensi dimana kebebasan dan kegembiraan dalam kehidupan yang sering dianggap aneh harus tersisihkan. Sehingga, dalam hari hari ini hanyalah berusaha menyisihkan waktu, tenaga untuk mengumpulkan kembali kebencian menjadi sebuah gerak kecil yang tak beraturan.
Kafe dan sofa ini memang nyaman, seperti yang tampak dari orang-orang yang ada di sekeliling saya yang kelihatan tanpa beban. Saat ini, di tempat ini, saya tampak tak ada bedanya dengan mereka. Duduk santai, memesan kopi, menatap laptop, membuka jejaring sosial, menyusun status, dan membuka situs-situs menarik lainnya. Perilaku yang umum ditemukan.
Tapi bagi saya, waktu-waktu seperti inilah adalah saat dimana saya mengembalikan kembali hal-hal yang hilang diantara banyak waktu. Bukan untuk merasakan kenyamanan sofa dan kopi hitam ini, Tapi kesempatan saya untuk kembali bisa melihat kenyataan dari dunia maya yang mempertontonkan banyak peristiwa, dari yang sangat sepele hingga peristiwa mencengangkan. Perisitwa yang memupuk kembali kebencian atas kuasa yang melilit kehidupan banyak orang. Bersyukurlah, saya masih tetap yakin atas hal itu.
Dunia yang memperlihatkan kekerasan, pembantaian, kesengsaraan dan hal-hal yang begitu menyakitkan adalah teori yang menampar saya untuk menemukan kembali prakteknya. Tentu bukan di tempat ini, bukan dengan menyebar link, dan sekedar memberi tanda jempol atau menongkrongi forum-forum maya, atau mungkin dengan catatan-catatan seperti ini , lalu kelihatan tampak simpatik dan heroik. Mungkin setelah ini, saat laptop dimatikan, kopi dihabiskan, lalu menuju kasir dan meninggalkan tempat ini.
Seperti sediakala kegelihasan tertuang lewat sebuah pesan singkat, menemui teman-teman, entah di taman atau rumah kosong, di pelataran jalan. Bertemu dalam keresahan bersama, menyusun gerak yang lebih beraturan. Karena tak ada hal lebih membahagiakan saat bisa merasakan dan menciptakan momen di tempat kita berpijak. Menghirup semangat dari teriakan kemarahan di berbagai penjuru bumi.
Dari sinilah, hidup terasa kembali bergairah..
~ 0 komentar: ~
Posting Komentar