Laju melaju
Pukul duabelas malam, dia bagaikan cinderela yang harus segera berlari, sayangnya tak ada kereta yang menjemput dan mengantarnya pulang, tak juga ada sepatu kaca yang tertinggal bagi seorang pangeran.
Dia hanya terus berdiri di pinggiran jalan, sambil membayangkan kelak ia bisa mengayuh dan bisa menikmati pesta sepanjang malam. Karena pasti tak kan ada pangeran yang datang membawakan sepatu kaca dengan kereta cantik.
Ia hanya butuh dua buah kayuh, untuk laju yang tak dijangkau kakinya. Untuk mimpi yang terus menghidupkannya, untuk kemungkinan yang pasti datang. Menyela batas agar tak lagi diam, dan kendali yang ia tentukan. Dan tak ada lagi sungkan bagi kereta-kereta yang mungkin tak sudi untuknya.
Kayuh untuk terus berlari, untuk kekuatan yang tak akan pernah redup, berpesta sepanjang hari walau sebagian mereka memilih untuk cepat tidur…